Di istana raja terjadi pembicaraan antara dia dan seorang penyihir tua yang merasa bahwa usianya akan segera berakhir. Sekarang, dari waktu ke waktu dia sedang menanti hari kematiannya.
Raja berkata ; " Apa yang akan di lakukan, wahai penyihir? Aku tidak punya cara untuk melakukan tipu daya tanpamu. Sesungguhnya di negeri ini para manusia itu menyembahku karena jasa sihirmu."
Penyihir menjawab ;" Paduka, sesungguhnya aku telah menginjak akhir usia dan kesehatanku telah melemah. Menurut pendapatku, engkau harus memilihkan seorang anak kecil untukku, dan aku akan mengajarkan sihir kepadanya, sehingga dia menjadi penyihirmu. Jika aku mati, sihirku tidak akan matu dan orang tetap akan menjadi budakmu."
Raja menyetujui itu, kemudian dia memerintahkan para kaki-tangannya untuk memilih anak terpintar dari kerajaannya untuk menjadi penyihir barunya. Mereka pun memilih 'Abdullah bin Tamir , seorang anak yang paling cerdas di kota itu.
Abdullah berangkat ke rumah sang penyihir pada hari pertama dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan, karena dia telah mendapat kan karunia itu. Sekarang pakaiannya baru dan hartanya pun banyak. Dia akan menjadi penyihir raja, tuhan yang di takuti oleh manusia, dan dia pun akan menjadi orang yang paling terkenal di kerajaan itu setelah raja, bahkan orang yang terkaya setelah sang raja. Dia akan mewujudkan semua yang dia inginkan, pelajaran sihir pun kemudian di mulai.
***
Perjalanan dari rumah 'Abdullah bin Tamir ke rumah penyihir cukup jauh dan memakan waktu lama, sehingga terkadang dia duduk untuk beristirahat karena kelelahan menempuh perjalanan. 'Abdullah memperhatikan bahwa setiap kali dirinya melewati sebuah gua kecil di perjalanan, setiap itu pula dia mendengar suara syaikh tua menyeru: "Waha Dzat yang hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, Wahai Dzat yang menciptakan bumi dan langit."
'Abdullah kecil tak berani masuk ke dalam gua karena takut kepada penghuninya, yaitu seorang syaikh tua. Namun demikian, gema dai ucapan itu terus terngiang di telinganya; "Wahai Dzat yang maha hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya."
'Abdullah kemudian sampai ke rumah penyihir, dan penyihir itu pun mulai memberikan pelajaran sihir kepadanya. Namun, penyihir itu mengetahui bahwa anak itu tersibukkan oleh sesuatu. Penyihir itu bertanya kepadanya ; "Apa yang terjadi padamu, wahai penyihir kecil?"
"Tuan, sesungguhnya hari ini aku mendengar beberapa kalimat yang menyibukkan aku dari segala sesuatu."
"kalimat apa itu?"
"Siapakah Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurusi makhluk-Nya? Siapa Dzat yang menciptakan langit dan bumi?"
Penyihir marah dan wajahnya menjadi merah. Dia berkata:"Berhati-hatilah mengatakan perkataan itu, seba kita semua adalah hamba bagi raja. Sesungguhnya kau adalah seorang penyihir raja, maka pelajarilah sihir yang dapat membuat semua manusia menjadi pembantumu dan kamu akan menjadi orang yang terkaya di kerajaan ini, ahkan di seluruh dunia."
'Abdullah terdiam dan kembali mempelajari sihir lagi. Namun kali ini dia mencermati bahwa sihir yang dia pelajari tak lain hanyalah sulap dan tipuan mata, hanya sebuah tipuan yang mengelabui pandangan mata tanpa ada kenyataannya. Bahkan apa yang di terimanya hanyalah halusinasi dan ilusi belaka.
Sementara itu suara syaikh terus terngiang di telinganya : Wahai Dzat yang hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurusi makhluk-Nya."
***
Telur yang ia sembunyikan di balik salah satu lengan baju atau saku 'Abdullah, dia keluarkan dari lengan baju atau saku lainnya, lalu ia menyemburkan api dari mulutnya, kemudian memadamkannya kembali;dan ada pula yang berupa mantra-mantra yang tidak berguna sama sekali.
Itulah yang di ajarkan sang penyihir raja kepada Abdullah, sehingga dia merasa bahwa dirinya tak lebih dari seorang pelayan raja,sedang raja itu sendiri tak lebih dari manusia lemah yang tidak memiliki kemanfaatan atau kemudaratan apa pun terhadap siapa pun. Bahkan dia adalah orang yang selalu memerlukan makanan ketika lapar, memerlukan air ketika haus,dan memerlukan obat ketika sakit. Oh, alangkah besar ketertipuan yang telah di jalani penduduk kerajaan tersebut.
Ketika 'Abdullah dalam perjalanan menuju ruah sang penyihir, tiba-tiba dia mendengar suara itu lagi;"Wahai Dzat yang maha hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurusi makhluk-Nya".
Si kecil itu kemudian memaksakan diri masuk ke dalam gua, hingga dia berada di dalamnya dan menemukan kakek tua yang sedang berdo'a sambil mengangkat kedua tangannya seraya mengatakan: "Wahai Tuhanku, Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya........... Tuhan langit dan bumi.Engkaulah Tuhan yang patut di sembah; tidak ada Tuhan selain-Mu. Engkaulah Tuhan pemilik alam semesta; tidak ada Tuhan selain-Mu. Maha suci Engkau dan Engkau Maha tinggi. 'Arsy-Mu di atas langit, Wahai Dzat yang Maha penyayang. Maka, ampunilah aku dan kasihanilah aku! "
'Abdullah tidak menyadari dirinya, kecuali saat air matanya menetes di kedua pipinya bak mutiara yang berjatuhan. Tiba-tiba tanpa sadar, lidahnya mengatakan; "Aku beriman kepada Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya."
Ketika itulah syaikh tersadar seraya bertanya : "Siapa kamu, wahai anak kecil?"
"Aku 'Abdullah bin Tamir, penyihir kecil raja."
"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"
"Aku mendengarmu memanggil Tuhanmu yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan ucapanmu itu mengejutkanku."
"Duhai anakku sesungguhnya Allah adalah Penciptaku, Penciptamu, dan Pencipta raja yang mengklaim dan mengaku secara bohong bahwa dirinya adalah tuhan selain Allah."
'Abdullah berkata: "Allah? Oh, itu Tuhan Yang Agung. Aku pernah mendengar kata-katamu itu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana agar aku dapat menyembah Allah,"
Syaikh tua kemudian mengajari 'Abdullah bagaimana cara menyembah dan bertasbih kepada Tuhannya. Maka menangislah mata si kecil yang kemudian berubah dewasa karena keimanannya, yang mengungguli orang-orang dewasa yang kafir terhadap Allah.
Ketika itulah pendeta tua itu berkata; "Wahai Abdullah, janganlah kamu menunjukkan keberadaanku kepada orang lain dan sembunyikanlah keimananmu dari mereka, sebab jika raja mengetahui keadaanmu, niscaya dia akan membunuhku dan juga kamu, sehingga keimanan di muka bumi ini akan lenyap."
'Abdullah menjawab; "Aku mematuhi apa yang diperintahkan oleh syaikh yang telah menunjukanku kepada Allah, Dzat Yang Maha Esa lagi Tunggal." 'Abdullah kemudian pergi.
***
'Abdullah tidak lagi peduli terhadap pelajaran sihir yang dia pelajari dari sang penyihir, sebab dia tahu bahwa penyihir itu adalah orang yang banyak berdusta, sedangkan sesuatu yang dusta akan segera terbuka dihadapan orang lain, sekalipun pelakunya seorang anak kecil atau orang fakir seperti dirinya.
Sejak 'Abdullah beriman kepada Allah, yang terpenting dalam kehidupannya adalah pergi ke gua tempat sang pendeta, untuk mendengarkan tasbih dan alunan suara pujiannya,juga belajar kepadanya tentang bagaimana dia mendengarkan tasbih di waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu,'Abdullah sering terlambat datang ke rumah penyihir.
Jika 'Abdullah pergi ke rumah sang penyihir, maka penyihir itu memukulnya karena terlambat, dan jika dia kembali ke rumahnya, maka keluarganya memukulnya karena terlambat. Dengan demikian, si kecil itu berada diantara dua hal,dimana yang paling manis diantara keduanya adalah yang paling pahit akibatnya.
'Abdullah kemudian menceritakan persoalannya. Pendeta berkata memberinya nasihat; "Apabila penyihir bertanya kepadamu mengapa kamu terlambat, jawablah bahwa keluargaku menahanku. Jika keluargamu bertanya, jawablah bahwa penyihir menahanku."
Karena jarak antara rumah penyihir dan rumah 'Abdullah jauh, sang penyihir pun percaya atas apa yang 'Abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada keluarganya. Keluarga 'Abdullah juga percaya atas apa yang Abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada sang penyihir. Dengan demikian,'Abdullah terlepas dari kekejaman sang penyihir, juga dari siksaan keluarganya.
Ketika 'Abdullah sedang menyusuri perjalanannya pada suatu hari,tiba-tiba dia melihat desak-desakkan manusia. Dia kemudian mendekat, ternyata dia melihat monster menutupi jalan, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melompat atau melewatinya. 'Abdullah pun memungut sebutir kerikil dari tanah, kemudian berkata; " Sekarang aku dapat mengetahui apakah pendeta yang lebih Allah cintai ataukah penyihir." Dia kemudian bedo'a; "Ya Allah, jika pendeta yang lebih Engkau cintai daripada penyihir,maka jauhkanlah hewan ini dari jalan."
'Abdullah kemudian melemparkan batu kerikil itu, dan ternyata monster itu pergi dan tidak menutupi jalan itu lagi. 'Abdullah kemudian meneruskan perjalanannya menuju pendeta, sedang keimanan telah memenuhi relung hatinya. Dia kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya kepada sang pendeta.
Pendeta berkata kepadanya; "Duhai anakku, sekarang kamu lebih baik dari pada aku dan sesungguhnya Allah akan memberikan cobaan kepadamu. Jika kamu mendapat cobaan, janganlah engkau tunjukkan tentang keberadaanku kepada pihak yang menyiksamu."
Kedua orang itu kemudian larut dalam shalat yang panjang dan do'a kepada Allah.
***
Raja mempunyai saudara sepupu yang buta sejak kecil. Oleh karena itulah, dia sangat sedih atas nasib yang dialaminya. Dia selalu mencari dokter yang bisa mengembalikan penglihatan yang telah hilang itu, agar sepupunya dapat melihat seperti manusia yang lain.
Para tabib telah di datangkan, namun tidak seorang pun mampu mengembalikan penglihatannya. Meskipun si buta ini memiliki kekayaan, namun harta itu tidak dapat membahagiakannya dan tidak pula dapat mengembalikan penglihatannya.
Selanjutnya, sepupu raja kedatangan seseorang yang menyampaikan kabar baik kepadanya, bahwa ada tabib di kota anu yang telah di kunjungi banyak orang, kemudian setiap orang yang berpenyakit itu sembuh, sehingga semua orang mengira bahwa sang tabib memiliki kemampuan untuk menyembuhkan segala macam penyakit.
Si buta kemudian mempersiapkan berbagai hadiah dan harta,lalu berangkatlah dia menemui sang tabib yang mujarab itu,yang mampu membuat sesuatu yang tidak dapat di lakukan oleh tabib-tabib lain.
Sampailah si buta dan orang-orang yang bersamanya di rumah sang tabib, dan mereka mendapati antrean pasien cukup panjang yang berdiri di depan pintu rumahnya. Mereka kemudian meminta izin untuk menemui sang tabib, ternyata mereka dikejutkan dengan sebuah kejutan; ternyata tabib tersebut adalah 'Abdullah bin Tamir sendiri, penyihir raja yang kini telah menjadi sosok lebih terkenal daripada semua orang, bahkan dari raja itu sendiri.
Si buta kemudian menawarkan harta dan hadiah kepada 'Abdullah agar dia mau mengembalikan penglihatannya. Namun, 'Abdullah berkata; "Aku tidak mengambil upah dan aku tidak memerlukan harta. Aku hanya perlu kamu beriman kepada Allah semata."
Si buta bertanya ; siapa itu Allah?"
'Abdullah menjawab; "Allah adalah Dzat yang akan menyembuhkanmu dari penyakitmu jika aku berdo'a kepada-Nya untukmu."
"Bagaimana dengan raja? bukankah dia itu Tuhan?"
"Apakah raja dapat menyembuhkanmu? Dia adalah hamba; aku adalah hamba; kamu adalah kamu; dan kita semua adalah hamba."
'Abdullah kemudian mengusap mata si buta dengan kedua tangannya, kemudian Allah menyembuhkan dan mengemalikan penglihatannya.
Si buta pun berkata ;"Aku beriman kepada Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah."
Anak kecil yang sekarang telah menjadi tabib itu berkata; "Janganlah kamu memberitahukan perihalku kepada raja, karena dia pasti akan membunuhku dan juga kamu."
Si buta kemudian keluar dalam keadaan sehat dan dapat melihat dan tidak memerlukan orang lain lagi untuk menuntunnya. Dia telah beriman kepada Allah setelah kafir kepada-Nya. Dia menyembunyikan keamanannya, meskipun terhadap anak-anak dan istrinya.
***
Salah seorang pengawal datang ke istana sepupu raja yang penglihatannya telah di kembalikan Allah. Pengawal itu kemudian berkata; "Raja ingin bertemu denganmu!"
Dia kemudian berangkat bersama sang pengawal, tanpa memerlukan seorang pun yang membimbingnya dalam perjalanan menemui raja. Ketika dia telah bertemu raja, raja sangat terkejut melihat keadaannya dan dia berkata; "selamat buat sepupuku yang sudah dapat melihat kembali."
Keponakan itu menjawab; "Segala puji bagi Allah atas hal itu."
Raja langsung marah dan berkata : "Allah,apakah kamu memuji Allah di kerajaan dan di istanaku? Apakah kamu percaya kepada Allah?"
"Ya, aku percaya kepada Allah yang telah menyembuhkanku dan mengembalikan penglihatanku, wahai raja."
"Apakah ada tuhan yang di sembah di kerajaanku ini, selain diriku."
"Bahkan semua orang adalah hamba di kerajaan Allah, wahai Raja."
Raja kemudian marah dan memanggil para pengawal. Mereka kemudian menyiksa sepupunya sampai dia menunjukkan kepada mereka keberadaan 'Abdullah.
Mereka pun mendatangkan 'Abdullah dan menyiksanya, hingga 'Abdullah menunjukkan kepada mereka tempat keberadaan sang pendeta. Ketiga orang itu kemudian dihadapkan kepada raja yang lalim itu. Raja kemudian mengikat ketiga orang itu dengan rante besi.
Raja berkata; "Ingkarilah Allah! jika tidak, aku akan membunuh kalian"
Sepupu raja yang pernah buta itu menjawab: "Aku tidak pernah menyembah selain Allah, dan aku tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Para prajurit kemudian membunuh sepupu sang raja, yaitu dengan cara menggergajinya dengan sebuah gergaji hingga tubuhnya menjadi dua bagian. Mereka kemudian berkata kepada pendeta :"Ingkarilah Allah!. JIka tidak, kami akan melakukan apa yang telah kami lakukan kepada si buta itu."
Namun pendeta tetap tegar atas keimanannya sehingga mereka membelah tubuhnya dengan gergaji sampai menjadi dua bagian.
Sekarang tiba bagian 'Abdullah. Mereka berkata kepadanya :"Ingkarilah Allah! Jika tidak, kamu akan jadi seperti mereka."
'Abdullah menjawab: "Allah adalah Tuhanku, dan aku tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun."
Mereka kemudian meletakkan gergaji di atas kepala 'Abdullah dan hendak membunuhnya. Namun gergaji itu tumpul dan tidak mempan. Mereka pun mencoba membunuhnya dengan panah, anak panah, dan pisau, namun mereka tetap tidak berhasil. Raja tertegun bingung di hadapan anak kecil itu. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan.
***
"Ya Allah, hindarilah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Demikianlah do'a si anak kecil itu saat dia berada di puncak bukit yang tinggi bersama kedua orang pengawal yang akan melemparkannya dari atas bukit supaya dia mati, setelah semua upaya dan cara untuk membunuhnya gagal.
Allah kemudian mengabulkan do'a anak kecil itu, lalu mendadak bukit itu berguncang dan para pengawal itu terjatuh dari ketinggiannya dan mati seketika itu juga, sedang 'Abdullah masih tetap hidup.
Selanjutnya, dia kembali kepada raja untuk menyerunya kepada Allah, sehingga raja pun menjadi semakin berang. Raja memerintahkan para tentaranya untuk meletakkan anak itu di sampan dan membawanya ke laut, kemudian dilemparkan di sana agar mati tenggelam. Di tengah gelombang yang dahsyat, suara 'Abdullah melengking memanggil Tuhannya;
"Allahummakfiniihim bima si'ta''
"Ya Allah, hindarkanlah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Sampan itu kemudian terbalik dan 'Abdullah selamat dari tenggelam, kemudian dia kembali kepada raja dan berkata kepadanya :"Sesungguhnya kamu tidak dapat membunuhku, kecuali jika kamu melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu.''
Raja berkata : "Apa yang kamu perintahkan kepadaku?"
'Abdullah menjawab; "Kumpulkanlah semua orang di sebuah lapangan yang luas, kemudian ikatlah aku di atas batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tabung anak panahku dan letakkanlah ia di busurnya, kemudian katakanlah;" Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini. Jika kamu melepaskan anak panah ini, niscaya kamu dapat membunuhku."
Raja pun setuju dengan apa yang dikatakan oleh 'Abdullah agar dia dapat menghabisinya.
Tak lama penduduk kerajaan itu pun berkumpul di sebuah dataran tinggi, kemudian mereka melihat Abdullah terikat di sebuah pohon. Ternyata raja memegang tabung anak panah 'Abdullah, kemudian mengeluarkan satu anak panah darinya. Semua orang terdiam dan suara raja terdengar keras mengatakan :" Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini."
Seketika dia melepaskan anak panah itu hingga mengenai kening 'Abdullah, maka 'Abdullah pun mati secara syahid. Penduduk kerajaan kemudian sadar bahwa raja mereka tidak dapat membunuh anak itu, kecuali setelah dia mengatakan; "Dengan menyebut nama Allah". Mereka semua kemudian berteriak; "Kami beriman kepada Allah Tuhan anak itu."
Tubuh 'Abdullah memang telah mati, namun do'a dan keimanannya tetap kekal. Raja pun menjadi bingung, sebab semua orang di kerajaannya telah menjadi penyembah Allah,bukan penyembah dirinya seperti dahulu.Dia kemudian memerintahkan untuk menggali parit yang besar. Setelah itu dia memerintahkan semua pengawal untuk menyalakan api, maka api yang besar pun dinyalakan. Satu demi satu kemudian mereka membawa orang-orang mukmin itu. Para tentara pun menyeru; "Apakah kamu akan mengingkari Allah atau kami akan melemparkanmu ke dalam parit berapi?"
Tidak ada seorangpun dari orang-orang mukmin itu, kecuali mereka di bakarnya di dalam parit tersebut, hingga yang tersisa hanya seorang wanita yang menggendong bayi di kedua tangannya. Mereka mengambil bayi itu dan berkata :"Apakah kamu akan kembali dari iman kepada Allah? jika tidak, kami akan membakar bayi kecilmu ini."
Sang Ibu kemudian menatap bayinya dan ingin mengatakan perkataan kafir, namun Allah menghendaki dia tidak menjadi kafir sehingga bayi itu berkata; "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran yang nyata."
Sang ibu pun menolak kekafiran dan hanya meridhai keimanan. Maka bayi itu di lemparkan ke dalam parit tersebut.Setelah itu dia pun dilemparkan kesana, agar pada kesudahannya raja dan para tentaranya mendapat siksaan yang amat pedih pada hari kiamat nanti.
''Binasalah dan terlaknat lah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,ketika mereka duduk di sekitarnya,sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu,melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertobat,maka bagi mereka adzab jahannam dan bagi mereka adzab(neraka) yang membakar."
{QS.Al-Buruj(85): 4-10}
Raja berkata ; " Apa yang akan di lakukan, wahai penyihir? Aku tidak punya cara untuk melakukan tipu daya tanpamu. Sesungguhnya di negeri ini para manusia itu menyembahku karena jasa sihirmu."
Penyihir menjawab ;" Paduka, sesungguhnya aku telah menginjak akhir usia dan kesehatanku telah melemah. Menurut pendapatku, engkau harus memilihkan seorang anak kecil untukku, dan aku akan mengajarkan sihir kepadanya, sehingga dia menjadi penyihirmu. Jika aku mati, sihirku tidak akan matu dan orang tetap akan menjadi budakmu."
Raja menyetujui itu, kemudian dia memerintahkan para kaki-tangannya untuk memilih anak terpintar dari kerajaannya untuk menjadi penyihir barunya. Mereka pun memilih 'Abdullah bin Tamir , seorang anak yang paling cerdas di kota itu.
Abdullah berangkat ke rumah sang penyihir pada hari pertama dengan penuh keceriaan dan kebahagiaan, karena dia telah mendapat kan karunia itu. Sekarang pakaiannya baru dan hartanya pun banyak. Dia akan menjadi penyihir raja, tuhan yang di takuti oleh manusia, dan dia pun akan menjadi orang yang paling terkenal di kerajaan itu setelah raja, bahkan orang yang terkaya setelah sang raja. Dia akan mewujudkan semua yang dia inginkan, pelajaran sihir pun kemudian di mulai.
***
Perjalanan dari rumah 'Abdullah bin Tamir ke rumah penyihir cukup jauh dan memakan waktu lama, sehingga terkadang dia duduk untuk beristirahat karena kelelahan menempuh perjalanan. 'Abdullah memperhatikan bahwa setiap kali dirinya melewati sebuah gua kecil di perjalanan, setiap itu pula dia mendengar suara syaikh tua menyeru: "Waha Dzat yang hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, Wahai Dzat yang menciptakan bumi dan langit."
'Abdullah kecil tak berani masuk ke dalam gua karena takut kepada penghuninya, yaitu seorang syaikh tua. Namun demikian, gema dai ucapan itu terus terngiang di telinganya; "Wahai Dzat yang maha hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya."
'Abdullah kemudian sampai ke rumah penyihir, dan penyihir itu pun mulai memberikan pelajaran sihir kepadanya. Namun, penyihir itu mengetahui bahwa anak itu tersibukkan oleh sesuatu. Penyihir itu bertanya kepadanya ; "Apa yang terjadi padamu, wahai penyihir kecil?"
"Tuan, sesungguhnya hari ini aku mendengar beberapa kalimat yang menyibukkan aku dari segala sesuatu."
"kalimat apa itu?"
"Siapakah Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurusi makhluk-Nya? Siapa Dzat yang menciptakan langit dan bumi?"
Penyihir marah dan wajahnya menjadi merah. Dia berkata:"Berhati-hatilah mengatakan perkataan itu, seba kita semua adalah hamba bagi raja. Sesungguhnya kau adalah seorang penyihir raja, maka pelajarilah sihir yang dapat membuat semua manusia menjadi pembantumu dan kamu akan menjadi orang yang terkaya di kerajaan ini, ahkan di seluruh dunia."
'Abdullah terdiam dan kembali mempelajari sihir lagi. Namun kali ini dia mencermati bahwa sihir yang dia pelajari tak lain hanyalah sulap dan tipuan mata, hanya sebuah tipuan yang mengelabui pandangan mata tanpa ada kenyataannya. Bahkan apa yang di terimanya hanyalah halusinasi dan ilusi belaka.
Sementara itu suara syaikh terus terngiang di telinganya : Wahai Dzat yang hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurusi makhluk-Nya."
***
Telur yang ia sembunyikan di balik salah satu lengan baju atau saku 'Abdullah, dia keluarkan dari lengan baju atau saku lainnya, lalu ia menyemburkan api dari mulutnya, kemudian memadamkannya kembali;dan ada pula yang berupa mantra-mantra yang tidak berguna sama sekali.
Itulah yang di ajarkan sang penyihir raja kepada Abdullah, sehingga dia merasa bahwa dirinya tak lebih dari seorang pelayan raja,sedang raja itu sendiri tak lebih dari manusia lemah yang tidak memiliki kemanfaatan atau kemudaratan apa pun terhadap siapa pun. Bahkan dia adalah orang yang selalu memerlukan makanan ketika lapar, memerlukan air ketika haus,dan memerlukan obat ketika sakit. Oh, alangkah besar ketertipuan yang telah di jalani penduduk kerajaan tersebut.
Ketika 'Abdullah dalam perjalanan menuju ruah sang penyihir, tiba-tiba dia mendengar suara itu lagi;"Wahai Dzat yang maha hidup kekal, Wahai Dzat yang terus-menerus mengurusi makhluk-Nya".
Si kecil itu kemudian memaksakan diri masuk ke dalam gua, hingga dia berada di dalamnya dan menemukan kakek tua yang sedang berdo'a sambil mengangkat kedua tangannya seraya mengatakan: "Wahai Tuhanku, Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya........... Tuhan langit dan bumi.Engkaulah Tuhan yang patut di sembah; tidak ada Tuhan selain-Mu. Engkaulah Tuhan pemilik alam semesta; tidak ada Tuhan selain-Mu. Maha suci Engkau dan Engkau Maha tinggi. 'Arsy-Mu di atas langit, Wahai Dzat yang Maha penyayang. Maka, ampunilah aku dan kasihanilah aku! "
'Abdullah tidak menyadari dirinya, kecuali saat air matanya menetes di kedua pipinya bak mutiara yang berjatuhan. Tiba-tiba tanpa sadar, lidahnya mengatakan; "Aku beriman kepada Dzat yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya."
Ketika itulah syaikh tersadar seraya bertanya : "Siapa kamu, wahai anak kecil?"
"Aku 'Abdullah bin Tamir, penyihir kecil raja."
"Bagaimana kamu bisa masuk ke sini?"
"Aku mendengarmu memanggil Tuhanmu yang hidup kekal dan terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dan ucapanmu itu mengejutkanku."
"Duhai anakku sesungguhnya Allah adalah Penciptaku, Penciptamu, dan Pencipta raja yang mengklaim dan mengaku secara bohong bahwa dirinya adalah tuhan selain Allah."
'Abdullah berkata: "Allah? Oh, itu Tuhan Yang Agung. Aku pernah mendengar kata-katamu itu. Tunjukkanlah kepadaku bagaimana agar aku dapat menyembah Allah,"
Syaikh tua kemudian mengajari 'Abdullah bagaimana cara menyembah dan bertasbih kepada Tuhannya. Maka menangislah mata si kecil yang kemudian berubah dewasa karena keimanannya, yang mengungguli orang-orang dewasa yang kafir terhadap Allah.
Ketika itulah pendeta tua itu berkata; "Wahai Abdullah, janganlah kamu menunjukkan keberadaanku kepada orang lain dan sembunyikanlah keimananmu dari mereka, sebab jika raja mengetahui keadaanmu, niscaya dia akan membunuhku dan juga kamu, sehingga keimanan di muka bumi ini akan lenyap."
'Abdullah menjawab; "Aku mematuhi apa yang diperintahkan oleh syaikh yang telah menunjukanku kepada Allah, Dzat Yang Maha Esa lagi Tunggal." 'Abdullah kemudian pergi.
***
'Abdullah tidak lagi peduli terhadap pelajaran sihir yang dia pelajari dari sang penyihir, sebab dia tahu bahwa penyihir itu adalah orang yang banyak berdusta, sedangkan sesuatu yang dusta akan segera terbuka dihadapan orang lain, sekalipun pelakunya seorang anak kecil atau orang fakir seperti dirinya.
Sejak 'Abdullah beriman kepada Allah, yang terpenting dalam kehidupannya adalah pergi ke gua tempat sang pendeta, untuk mendengarkan tasbih dan alunan suara pujiannya,juga belajar kepadanya tentang bagaimana dia mendengarkan tasbih di waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu,'Abdullah sering terlambat datang ke rumah penyihir.
Jika 'Abdullah pergi ke rumah sang penyihir, maka penyihir itu memukulnya karena terlambat, dan jika dia kembali ke rumahnya, maka keluarganya memukulnya karena terlambat. Dengan demikian, si kecil itu berada diantara dua hal,dimana yang paling manis diantara keduanya adalah yang paling pahit akibatnya.
'Abdullah kemudian menceritakan persoalannya. Pendeta berkata memberinya nasihat; "Apabila penyihir bertanya kepadamu mengapa kamu terlambat, jawablah bahwa keluargaku menahanku. Jika keluargamu bertanya, jawablah bahwa penyihir menahanku."
Karena jarak antara rumah penyihir dan rumah 'Abdullah jauh, sang penyihir pun percaya atas apa yang 'Abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada keluarganya. Keluarga 'Abdullah juga percaya atas apa yang Abdullah katakan dan tidak menanyakan kepada sang penyihir. Dengan demikian,'Abdullah terlepas dari kekejaman sang penyihir, juga dari siksaan keluarganya.
Ketika 'Abdullah sedang menyusuri perjalanannya pada suatu hari,tiba-tiba dia melihat desak-desakkan manusia. Dia kemudian mendekat, ternyata dia melihat monster menutupi jalan, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa melompat atau melewatinya. 'Abdullah pun memungut sebutir kerikil dari tanah, kemudian berkata; " Sekarang aku dapat mengetahui apakah pendeta yang lebih Allah cintai ataukah penyihir." Dia kemudian bedo'a; "Ya Allah, jika pendeta yang lebih Engkau cintai daripada penyihir,maka jauhkanlah hewan ini dari jalan."
'Abdullah kemudian melemparkan batu kerikil itu, dan ternyata monster itu pergi dan tidak menutupi jalan itu lagi. 'Abdullah kemudian meneruskan perjalanannya menuju pendeta, sedang keimanan telah memenuhi relung hatinya. Dia kemudian menceritakan kejadian yang menimpanya kepada sang pendeta.
Pendeta berkata kepadanya; "Duhai anakku, sekarang kamu lebih baik dari pada aku dan sesungguhnya Allah akan memberikan cobaan kepadamu. Jika kamu mendapat cobaan, janganlah engkau tunjukkan tentang keberadaanku kepada pihak yang menyiksamu."
Kedua orang itu kemudian larut dalam shalat yang panjang dan do'a kepada Allah.
***
Raja mempunyai saudara sepupu yang buta sejak kecil. Oleh karena itulah, dia sangat sedih atas nasib yang dialaminya. Dia selalu mencari dokter yang bisa mengembalikan penglihatan yang telah hilang itu, agar sepupunya dapat melihat seperti manusia yang lain.
Para tabib telah di datangkan, namun tidak seorang pun mampu mengembalikan penglihatannya. Meskipun si buta ini memiliki kekayaan, namun harta itu tidak dapat membahagiakannya dan tidak pula dapat mengembalikan penglihatannya.
Selanjutnya, sepupu raja kedatangan seseorang yang menyampaikan kabar baik kepadanya, bahwa ada tabib di kota anu yang telah di kunjungi banyak orang, kemudian setiap orang yang berpenyakit itu sembuh, sehingga semua orang mengira bahwa sang tabib memiliki kemampuan untuk menyembuhkan segala macam penyakit.
Si buta kemudian mempersiapkan berbagai hadiah dan harta,lalu berangkatlah dia menemui sang tabib yang mujarab itu,yang mampu membuat sesuatu yang tidak dapat di lakukan oleh tabib-tabib lain.
Sampailah si buta dan orang-orang yang bersamanya di rumah sang tabib, dan mereka mendapati antrean pasien cukup panjang yang berdiri di depan pintu rumahnya. Mereka kemudian meminta izin untuk menemui sang tabib, ternyata mereka dikejutkan dengan sebuah kejutan; ternyata tabib tersebut adalah 'Abdullah bin Tamir sendiri, penyihir raja yang kini telah menjadi sosok lebih terkenal daripada semua orang, bahkan dari raja itu sendiri.
Si buta kemudian menawarkan harta dan hadiah kepada 'Abdullah agar dia mau mengembalikan penglihatannya. Namun, 'Abdullah berkata; "Aku tidak mengambil upah dan aku tidak memerlukan harta. Aku hanya perlu kamu beriman kepada Allah semata."
Si buta bertanya ; siapa itu Allah?"
'Abdullah menjawab; "Allah adalah Dzat yang akan menyembuhkanmu dari penyakitmu jika aku berdo'a kepada-Nya untukmu."
"Bagaimana dengan raja? bukankah dia itu Tuhan?"
"Apakah raja dapat menyembuhkanmu? Dia adalah hamba; aku adalah hamba; kamu adalah kamu; dan kita semua adalah hamba."
'Abdullah kemudian mengusap mata si buta dengan kedua tangannya, kemudian Allah menyembuhkan dan mengemalikan penglihatannya.
Si buta pun berkata ;"Aku beriman kepada Allah. Tidak ada Tuhan selain Allah."
Anak kecil yang sekarang telah menjadi tabib itu berkata; "Janganlah kamu memberitahukan perihalku kepada raja, karena dia pasti akan membunuhku dan juga kamu."
Si buta kemudian keluar dalam keadaan sehat dan dapat melihat dan tidak memerlukan orang lain lagi untuk menuntunnya. Dia telah beriman kepada Allah setelah kafir kepada-Nya. Dia menyembunyikan keamanannya, meskipun terhadap anak-anak dan istrinya.
***
Salah seorang pengawal datang ke istana sepupu raja yang penglihatannya telah di kembalikan Allah. Pengawal itu kemudian berkata; "Raja ingin bertemu denganmu!"
Dia kemudian berangkat bersama sang pengawal, tanpa memerlukan seorang pun yang membimbingnya dalam perjalanan menemui raja. Ketika dia telah bertemu raja, raja sangat terkejut melihat keadaannya dan dia berkata; "selamat buat sepupuku yang sudah dapat melihat kembali."
Keponakan itu menjawab; "Segala puji bagi Allah atas hal itu."
Raja langsung marah dan berkata : "Allah,apakah kamu memuji Allah di kerajaan dan di istanaku? Apakah kamu percaya kepada Allah?"
"Ya, aku percaya kepada Allah yang telah menyembuhkanku dan mengembalikan penglihatanku, wahai raja."
"Apakah ada tuhan yang di sembah di kerajaanku ini, selain diriku."
"Bahkan semua orang adalah hamba di kerajaan Allah, wahai Raja."
Raja kemudian marah dan memanggil para pengawal. Mereka kemudian menyiksa sepupunya sampai dia menunjukkan kepada mereka keberadaan 'Abdullah.
Mereka pun mendatangkan 'Abdullah dan menyiksanya, hingga 'Abdullah menunjukkan kepada mereka tempat keberadaan sang pendeta. Ketiga orang itu kemudian dihadapkan kepada raja yang lalim itu. Raja kemudian mengikat ketiga orang itu dengan rante besi.
Raja berkata; "Ingkarilah Allah! jika tidak, aku akan membunuh kalian"
Sepupu raja yang pernah buta itu menjawab: "Aku tidak pernah menyembah selain Allah, dan aku tidak akan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun."
Para prajurit kemudian membunuh sepupu sang raja, yaitu dengan cara menggergajinya dengan sebuah gergaji hingga tubuhnya menjadi dua bagian. Mereka kemudian berkata kepada pendeta :"Ingkarilah Allah!. JIka tidak, kami akan melakukan apa yang telah kami lakukan kepada si buta itu."
Namun pendeta tetap tegar atas keimanannya sehingga mereka membelah tubuhnya dengan gergaji sampai menjadi dua bagian.
Sekarang tiba bagian 'Abdullah. Mereka berkata kepadanya :"Ingkarilah Allah! Jika tidak, kamu akan jadi seperti mereka."
'Abdullah menjawab: "Allah adalah Tuhanku, dan aku tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu pun."
Mereka kemudian meletakkan gergaji di atas kepala 'Abdullah dan hendak membunuhnya. Namun gergaji itu tumpul dan tidak mempan. Mereka pun mencoba membunuhnya dengan panah, anak panah, dan pisau, namun mereka tetap tidak berhasil. Raja tertegun bingung di hadapan anak kecil itu. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan.
***
"Ya Allah, hindarilah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Demikianlah do'a si anak kecil itu saat dia berada di puncak bukit yang tinggi bersama kedua orang pengawal yang akan melemparkannya dari atas bukit supaya dia mati, setelah semua upaya dan cara untuk membunuhnya gagal.
Allah kemudian mengabulkan do'a anak kecil itu, lalu mendadak bukit itu berguncang dan para pengawal itu terjatuh dari ketinggiannya dan mati seketika itu juga, sedang 'Abdullah masih tetap hidup.
Selanjutnya, dia kembali kepada raja untuk menyerunya kepada Allah, sehingga raja pun menjadi semakin berang. Raja memerintahkan para tentaranya untuk meletakkan anak itu di sampan dan membawanya ke laut, kemudian dilemparkan di sana agar mati tenggelam. Di tengah gelombang yang dahsyat, suara 'Abdullah melengking memanggil Tuhannya;
"Allahummakfiniihim bima si'ta''
"Ya Allah, hindarkanlah mereka dariku dengan sesuatu yang Engkau kehendaki."
Sampan itu kemudian terbalik dan 'Abdullah selamat dari tenggelam, kemudian dia kembali kepada raja dan berkata kepadanya :"Sesungguhnya kamu tidak dapat membunuhku, kecuali jika kamu melakukan apa yang aku perintahkan kepadamu.''
Raja berkata : "Apa yang kamu perintahkan kepadaku?"
'Abdullah menjawab; "Kumpulkanlah semua orang di sebuah lapangan yang luas, kemudian ikatlah aku di atas batang pohon, lalu ambillah anak panah dari tabung anak panahku dan letakkanlah ia di busurnya, kemudian katakanlah;" Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini. Jika kamu melepaskan anak panah ini, niscaya kamu dapat membunuhku."
Raja pun setuju dengan apa yang dikatakan oleh 'Abdullah agar dia dapat menghabisinya.
Tak lama penduduk kerajaan itu pun berkumpul di sebuah dataran tinggi, kemudian mereka melihat Abdullah terikat di sebuah pohon. Ternyata raja memegang tabung anak panah 'Abdullah, kemudian mengeluarkan satu anak panah darinya. Semua orang terdiam dan suara raja terdengar keras mengatakan :" Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak ini."
Seketika dia melepaskan anak panah itu hingga mengenai kening 'Abdullah, maka 'Abdullah pun mati secara syahid. Penduduk kerajaan kemudian sadar bahwa raja mereka tidak dapat membunuh anak itu, kecuali setelah dia mengatakan; "Dengan menyebut nama Allah". Mereka semua kemudian berteriak; "Kami beriman kepada Allah Tuhan anak itu."
Tubuh 'Abdullah memang telah mati, namun do'a dan keimanannya tetap kekal. Raja pun menjadi bingung, sebab semua orang di kerajaannya telah menjadi penyembah Allah,bukan penyembah dirinya seperti dahulu.Dia kemudian memerintahkan untuk menggali parit yang besar. Setelah itu dia memerintahkan semua pengawal untuk menyalakan api, maka api yang besar pun dinyalakan. Satu demi satu kemudian mereka membawa orang-orang mukmin itu. Para tentara pun menyeru; "Apakah kamu akan mengingkari Allah atau kami akan melemparkanmu ke dalam parit berapi?"
Tidak ada seorangpun dari orang-orang mukmin itu, kecuali mereka di bakarnya di dalam parit tersebut, hingga yang tersisa hanya seorang wanita yang menggendong bayi di kedua tangannya. Mereka mengambil bayi itu dan berkata :"Apakah kamu akan kembali dari iman kepada Allah? jika tidak, kami akan membakar bayi kecilmu ini."
Sang Ibu kemudian menatap bayinya dan ingin mengatakan perkataan kafir, namun Allah menghendaki dia tidak menjadi kafir sehingga bayi itu berkata; "Ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran yang nyata."
Sang ibu pun menolak kekafiran dan hanya meridhai keimanan. Maka bayi itu di lemparkan ke dalam parit tersebut.Setelah itu dia pun dilemparkan kesana, agar pada kesudahannya raja dan para tentaranya mendapat siksaan yang amat pedih pada hari kiamat nanti.
''Binasalah dan terlaknat lah orang-orang yang membuat parit, yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar,ketika mereka duduk di sekitarnya,sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman.Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu,melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, yang mempunyai kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. Sesungguhnya orang-orang yang mendatangkan cobaan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, kemudian mereka tidak bertobat,maka bagi mereka adzab jahannam dan bagi mereka adzab(neraka) yang membakar."
{QS.Al-Buruj(85): 4-10}
Pelajaran Yang Dapat di Petik
1. Iman kepada Allah itu lebih kuat dari segala sesuatu
2. Sihir adalah salah satu muslihat yag tidak dapat mendatangkan kemanfaatan dan kemudharatan.
3. Penyihir itu manusia jahat yang patuh kepada setan
4. Allah akan memelihara hamba-hamba-Nya yang beriman
di kutip dari buku kisah-kisah
Al-qur'an untuk anak
oleh Dr.Hamid Ahmad Ath-Thahrir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar