Tiga hari sudah bayi dalam kandunganku tidak bergerak. Jujur
khawatir, aku telpon suamiku yang sedang ada di Bandung.
"tut....... tut.......... "
"assalamualaikum.... halo mas? "
"waalaikumsalam, iya ada apa din ? "
"mas kapan pulang? "
"paling seminggu lagi, ada apa din? "
" mas udah 3 hari ini bayi dalam kandunganku tidak bergerak, aku khawatir terjadi apa-apa. Mas cepat pulang yah" dengan nada sedikit memelas.
" kamu udah cek up ke bidan belum? maaf mas gak bisa pulang sekarang din, kamu minta dianterin sama simbok saja ya. Semoga kandunganmu baik-baik saja. "
" Belum mas, ya udah sekarang aku minta simbok nemenin aku mas."
" Maaf ya din mas gak bisa nganter kamu"
" Gak papa kok mas "
" Din.... istirahat yang cukup jaga baik-baik kandunganmu. "
" iya mas... Mas udah dulu ya, assalamualaikum "
" waalaikumsalam"
***
pukul 16.30 wib aku dan simbok pergi ke klinik, jaraknya cukup dekat dari rumahku, sekitar 10 menit lah.
kususuri jalan-jalan kecil, dan banyak anak kecil yang berseliweran saling berkejaran. Terlihat wajah-wajah polos yang tertawa lepas.
Di ufuk barat matahari mulai berwarna keemasan.
Akhirnya bangunan berwarna putih bertuliskan ' klinik restu ibu 'sudah mulai terlihat.
Aku dan simbok masuk kedalam, karena tidak ada pasien lain kami langsung di suruh masuk kedalam ruangan.
"silahkan duduk...." ucap seorang wanita berjas putih sambil tersenyum ramah
Aku kembali tersenyum padanya.
" Ada keluhan apa mbak? "
"Dok.. ini anak saya, udah tiga hari bayi dalam kandungannya tidak bergerak, takut ada apa-apa "
" Owh namanya siapa mbak?" tanya wanita itu
"Dini dok "
" Usianya berapa tahun"?
"24"
" Mbak Dini silahkan berbaring di atas kasur itu, biar saya periksa"
Akupun berbaring di kasur kecil dekat sudut ruangan. Disamping kasur terdapat sebuah layar.
" Usia kandungannya berapa bulan mbak?"
"mau menginjak 7 bulan dok"
Tangannya menyentuh perutku dan meletakkan stetoskop. Lalu dia memeriksa denyut jantungku. kemudian dia mengambil sebuah alat seperti kain dan meletakkannya di tanganku. Tanganku seperti dicengkram kuat oleh alat itu saat dokter memompanya.
Sebuah alat ditempelkan di atas perutku, dan alat itu menyambung
pada sebuah layar disampingku.
"Mbak Dini saya USG dulu ya, biar terlihat jelas kondisi bayi anda"
saya hanya mengangguk.
"Apa mbak sebelumnya pernah terjatuh?"
"seingat saya tidak dok, seminggu sebelumnya juga saya cek up kesini dan kondisinya baik-baik saja"
Dokter itu menatap saya dalam.
" Kenapa dok? Bayi dalam kandungan saya baik-baik saja kan? iya kan dok ? "
Dokter itu tidak menjawab hanya terdengar helaaan nafas yang panjang.
" Kenapa dok?" tanya simbok pada wanita berjas putih itu.
Dokter itu mengambil tangan saya dan memegangnya.
" Maaf dari hasil USG di layar bayi anda tidak menunjukkan pergerakan. Denyut jantungnya pun tidak ada, maaf mbak semoga Anda bisa mengikhlaskannya"
Saya tak bisa berkata-kata, tenggorokan saya terasa berat, air matapun mengalir tak tertahan.
Hanya lelehan air mata. Simbok yang ada disampingku ikut menangis tersedu.
Hening seketika ruangan itu, hanya ada suara isak tangis.
Ku tatap jendela dalam ruangan. Senja menggelayut menghiasi langit sore. Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Burung-burung berterbangan diatas awan untuk pulang ke sarang.
khawatir, aku telpon suamiku yang sedang ada di Bandung.
"tut....... tut.......... "
"assalamualaikum.... halo mas? "
"waalaikumsalam, iya ada apa din ? "
"mas kapan pulang? "
"paling seminggu lagi, ada apa din? "
" mas udah 3 hari ini bayi dalam kandunganku tidak bergerak, aku khawatir terjadi apa-apa. Mas cepat pulang yah" dengan nada sedikit memelas.
" kamu udah cek up ke bidan belum? maaf mas gak bisa pulang sekarang din, kamu minta dianterin sama simbok saja ya. Semoga kandunganmu baik-baik saja. "
" Belum mas, ya udah sekarang aku minta simbok nemenin aku mas."
" Maaf ya din mas gak bisa nganter kamu"
" Gak papa kok mas "
" Din.... istirahat yang cukup jaga baik-baik kandunganmu. "
" iya mas... Mas udah dulu ya, assalamualaikum "
" waalaikumsalam"
***
pukul 16.30 wib aku dan simbok pergi ke klinik, jaraknya cukup dekat dari rumahku, sekitar 10 menit lah.
kususuri jalan-jalan kecil, dan banyak anak kecil yang berseliweran saling berkejaran. Terlihat wajah-wajah polos yang tertawa lepas.
Di ufuk barat matahari mulai berwarna keemasan.
Akhirnya bangunan berwarna putih bertuliskan ' klinik restu ibu 'sudah mulai terlihat.
Aku dan simbok masuk kedalam, karena tidak ada pasien lain kami langsung di suruh masuk kedalam ruangan.
"silahkan duduk...." ucap seorang wanita berjas putih sambil tersenyum ramah
Aku kembali tersenyum padanya.
" Ada keluhan apa mbak? "
"Dok.. ini anak saya, udah tiga hari bayi dalam kandungannya tidak bergerak, takut ada apa-apa "
" Owh namanya siapa mbak?" tanya wanita itu
"Dini dok "
" Usianya berapa tahun"?
"24"
" Mbak Dini silahkan berbaring di atas kasur itu, biar saya periksa"
Akupun berbaring di kasur kecil dekat sudut ruangan. Disamping kasur terdapat sebuah layar.
" Usia kandungannya berapa bulan mbak?"
"mau menginjak 7 bulan dok"
Tangannya menyentuh perutku dan meletakkan stetoskop. Lalu dia memeriksa denyut jantungku. kemudian dia mengambil sebuah alat seperti kain dan meletakkannya di tanganku. Tanganku seperti dicengkram kuat oleh alat itu saat dokter memompanya.
Sebuah alat ditempelkan di atas perutku, dan alat itu menyambung
pada sebuah layar disampingku.
"Mbak Dini saya USG dulu ya, biar terlihat jelas kondisi bayi anda"
saya hanya mengangguk.
"Apa mbak sebelumnya pernah terjatuh?"
"seingat saya tidak dok, seminggu sebelumnya juga saya cek up kesini dan kondisinya baik-baik saja"
Dokter itu menatap saya dalam.
" Kenapa dok? Bayi dalam kandungan saya baik-baik saja kan? iya kan dok ? "
Dokter itu tidak menjawab hanya terdengar helaaan nafas yang panjang.
" Kenapa dok?" tanya simbok pada wanita berjas putih itu.
Dokter itu mengambil tangan saya dan memegangnya.
" Maaf dari hasil USG di layar bayi anda tidak menunjukkan pergerakan. Denyut jantungnya pun tidak ada, maaf mbak semoga Anda bisa mengikhlaskannya"
Saya tak bisa berkata-kata, tenggorokan saya terasa berat, air matapun mengalir tak tertahan.
Hanya lelehan air mata. Simbok yang ada disampingku ikut menangis tersedu.
Hening seketika ruangan itu, hanya ada suara isak tangis.
Ku tatap jendela dalam ruangan. Senja menggelayut menghiasi langit sore. Matahari mulai terbenam di ufuk barat. Burung-burung berterbangan diatas awan untuk pulang ke sarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar